Ningali Manuk
Thursday, October 19, 2006
Tuesday, October 10, 2006
Muara Angke....Surga Burung di Daratan Jakarta
Muara Angke...begitulah banyak orang mengenal tempat ini. Sebuah daerah di Jakarta yang lebih dikenal sebagai tempat pelelangan ikan dan rumah makan ikan bakar ketika malam tiba.
Tak banyak yang tahu bahwa di tempat ini pula terdapat sebuah surga bagi burung-burung dan aneka satwa lainnya.
Tak jauh dari Tempat Pelelalangan Ikan Muara Angke tepatnya ke arah barat terdapat sebuah hutan yang dikenal oleh masayarakat lokal sebagai Cagar Alam Muara Angke. Meskipun demikian nama resmi kawasan ini sekarang adalah Suaka Margasatwa Muara Angke. Suaka Margasatwa ini sendiri memiliki luas hanya 25,05 ha. Namun jangan salah kawasan ini telah ditetapkan sebagai daerah perlindungan satwa sejak zaman Belanda yaitu tahun 1939. Di bagian Utara kawasan ini juga terdapat bagian hutan lain yang dikenal sebagi Hutan Lindung Angke Kapuk. Kedua kawasan ini dapat dikatakan sebagai kawasan hutan mangrove terakhir di daratan Jakarta.
Bagi yang hobi fotografi alam liar, ini salah satu tempat paling mudah di Jakarta buat ngambil foto aneka satwa seperti monyet ekor panjang, burung air seperti bangau, kuntul, mandar dan kareo. Kalau yang mau agak menantng sedikit dan susah bisa juga nyari foto bubut jawa, salah satu burung terancam punah di dunia.
Sayangnya tempat ini kurang dikelola dengan baik. Fasilitas yang ada sangat minim dan jangan pernah sekali-kali anda kebelet buang air besar....toiletnya tidak memadai. Menara yang ada saat ini sudah keropos dimakan waktu dan pemandangannya tertutup oleh tajuk-tajuk pohon.
Meskipun demikian tempat ini tetap menarik terutama bagi yang hobi mengamati burung...tapi tetaplah berhati-hati kalau melintas di jalan panggung yang ada. Maklum jalan panggung yang ada tidak memiliki pegangan.
Kalau anda berniat pergi ke Suaka Margasatwa Muara Angke dengan kendaraan umum, gunakan angkot (KWK) B 01 dari terminal Grogol. Selanjutnya anda harus berhenti di perempatan dekat gerbang PIK dan membayar Rp 3000. Patokan di sebelah kiri adalah Restaurant Pizza Hut. Anda harus berjalan lagi sejauh 300 meter melalui gerbang PIK dan anda akan menjumpai gerbang Suaka Margasatwa Muara Angke. Tapi jangan lupa satu hal lagi yaitu bikin surat izin di Balai Konservasi Sumberdaya Hutan DKI, di Jalan Salemba,kantornya depan UI Salemba dan di samping UPI YAI. Selamat berhunting foto dan birdwatching....
Birdwatching Yuuuk.... (bagian 1)
Ngapain sih birdwatching....? buat apa sih birdwatching.....? itu pertanyaan yang paling sering diajukan orang kepada saya kalau saya bercerita mengenai birdwatching a.k.a mengamati burung. Yang jelas buat saya pribadi ada kepuasaan tersendiri kalau bisa menjumpai spesies burung yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Bagi banyak orang Indonesia, mengamati burung memang hoby yang kurang populer. Tapi di beberapa negara maju seperti Amerika atau negara-negara di Eropa, mengamati burung merupakan kegiatan outdoor yang cukup populer. Maklumlah hoby ini bisa dilakukan dimana saja dan modalnya cukup sederhana yaitu sebuah teropong medan alias binokuler dan buku sakti yaitu panduan lapang pengenalan burung suatu daerah. Di Indonesia sendiri setidaknya sudah terdapat 3 buku panduan pengenalan burung yang cukup populer yaitu
- Buku Panduan Lapang Pengenalan Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan
- Buku Panduan Lapang Pengenalan Burung-burung di Kawasan Wallacea (Sulawesi, Lombok, Flores, Timor)
- Buku Panduan Lapang Pengenalan Burung-burung di Papua
- Burung-burung di Sulawesi oleh Derek Holmes dan karen phillips
- Burung-burung di Jawa dan Bali oleh Derek Holmes dan Stephen Nash
- Burung-burung di Sumatera dan kalimantan oleh Derek Holmes dan Stephen Nash
Buku no. 1 pada saat ini sudah tidak ada lagi sedangkan buku no 4-6 cukup banyak di Pasar Festival Kuningan, jakarta.
Memilih Binokuler
Mengamati burung tanpa membawa binokuler ibarat pepatah seperti pergi ke medan perang tanpa senjata. Untuk mengamati burung, peralatan ini memang menjadi wajib untuk dibawa ketika pergi mengamati burung. Lantas bagaimana memilih/membeli binokuler yang tepat? Ini barangkali pertanyaan yang cukup sulit dijawab. Beberapa teman saya merasa bahwa binokuler dengan perbesaran extra misal 12 kali merupakan pilihan yang tepat, tapi ada juga yang menganggap merk tertentu merupakan pilihan terbaik. Namun yang pasti ada satu faktor pembatas dalam memilih binokuler yang tepat yaitu kemampuan kocek kecuali anda memang berniat menjadi peminjam binokuler sejati!
Beberapa pedoman yang perlu dipertimbangkan ketika anda memilih atau membeli binokuler adalah:
Model prisma
Pada saat ini di pasaran beredar tiga tipe prisma binokuler yaitu porro prisma, roof prisma dan porro prisma terbalik.
Model porro prisma merupakan model teropong yang paling awal. Secara umum model ini memiliki ukuran yang relatif gemuk, jarak antar lensa obyektif lebih jauh dibandingkan dengan jarak antara lensa okuler. Kelemahan binokuler model porro prisma adalah bentuknya yang relatif besar dan tidak kedap air. Sedangkan kelebihannya adalah harganya yang relatif murah dan sudut pandang yang relatif lebar.
Model roof prisma memiliki ciri bentuknya yang langsing dimana lensa okuler dan obyektif dalam satu garis. Kelemahannya terletak pada harganya yang relatif mahal dan sudut pandang mata yang relatif sempit. Kelebihannya adalah ukurannya yang relatif ringan dan lebih kedap air.
Model porro prisma terbalik, memiliki bentuk yang kebalikan dari porro prisma, dimana jarak antar lensa oyektif lebih dekat dibandingkan dengan jarak antar lensa okuler. Biasanya binokuler kompak memiliki model prisma ini. Kelemahan binokuler model ini adalah transmisi cahaya yang kurang bagus karena memiliki lensa obyektif yang sangat kecil, tidak kedap air rawan terhadap benturan. Kelebihannya adalah bobotnya yang ringan dan ukurannya yang kecil. Harga relatif lebih murah.