Wednesday, January 31, 2007

Bangga Menjadi Pengamat Burung

Anda layak bangga kalau menggeluti hobby mengamati burung, karena banyak orang top dan berpengaruh memiliki hobby yang sama dengan anda. Berikut adalah nama-nama orang terkenal yang menggeluti hobby mengamati burung, barangkali anda mengenalnya atau....barangkali sahabat mereka?

1. PM Tahiland General Suryaud
2. HRH Pangeran Philip, Suami ratu Inggris Elizbeth II
3. Duke of Edinburgh, dari Inggris
4.Laura Bush, Istri George Bush mantan Presiden USA
5. Jimmy Carter, Mantan Presiden USA
6. Daryll Hannah, Bintang Film
7. HIH Princess Takamado dari Jepang
8. HM Queen Noor dari Yordania
9. Jendral Dwight Eisenhower, panglima perang sekutu
10. Theodore Roosevelt, Mantan Presiden USA
11. Ian Fleming, Penulis buku James Bond 007
12.HM King Ferdinand 1, Czar terakhir Bulgaria

Mengamati Burung..
Apa yang Perlu Dibawa?


Itu pertanyaan yang biasanya dilontarkan oleh orang-orang yang tertarik mengamati burung pertamakali. Meskipun terlihat sepele, kalau kita tidak tahu apa yang harus dibawa ketika mengamati burung, percayalah pengamatan burung yang seharusnya menyenangkan akan menjadi sebaliknya. Apalgi kalau kita sampai terlupa membawa beberapa benda yang essensial untuk pengamatan burung misalnya binokuler (kok bisa mau ngamatin burung lupa bawa binokuler sih...?). Tapi ha-hal seperti ini dapat saja terjadi kalau kita tiak memperhatikan apa yang harus kita bawa ketika memulai perjalanan mengamati burung.

Menurut primbon khusus mengamati burung dan juga sedikit konfirmasi kepada arwah para leluhur, ada beberapa benda yang wajib dibawa ketika mengamati burung.
A. Perlengkapan utama

  1. Binokuler. Karena mata kita tidak setajam elang, jangan pernah lupa membawa benda yang satu ini ketika mengamati burung.
  2. Teleskop (kalau mau mengamati burung pantai), jangan lupa bawa tripodnya. Menggunakan teleskop tanpa tripod akan membuat pengamatan burung menjadi tidak mengasyikkan
  3. Buku panduan lapang yang sesuai dengan wilayah yang dikunjungi. Kecuali anda memiliki kemampuan sehebat Bas van Balen, Ben King, MacKinnon, buku panduan lapang bukan sesuatu yang penting dibawa ke lapangan
  4. Buku catatan, untuk mencatat jenis burung yang anda liat, siapa tahu tertarik membuat checlist pribadi burung-burung yang pernah dilihat.
  5. Tas untuk menyimpan semua peralatan yang harus dibawa. Masing-masing orang punya tipe tas yang disenangi. Saya menyarankan untuk membawa dua model tas yaitu tas selempang berukuran kecil untuk menyimpan buku panduan lapang dan alat tulis. Satu lagi adalah tas punggung untuk membawa perlengkapan selain itu.

B. Perlengkapan tambahan

  1. Payung atau jas hujan. Banyak orang yang gengsi or enggan membawa 2 perlengkapan ini, padahal kedua benda ini penting untuk menghindari kita dari hujan dan panas. Payung sangat berguna ketika mengamati burung di daerah yang sangat terbuka, waspadailah heatstroke dengan menggunakan payung. Payung bermanfaat ketika mengamati burung dengan menggunakan teleskop.
  2. Topi. Aneka jenis model topi tersedia di pasaran. Tapi pada intinya topi sangat berguna untuk mengurangi sengatan terik matahari.
  3. Kursi lipat kecil. Berguna ketika anda lelah berdiri sedangkan lingkungan todak memungkinkan duduk di tanah tanpa alas (karena basah, banyak sampah, dll).

Ingat..bahwa peralatan tersebut dibawa agar kegiatan pengamatan burung menjadi sebuah hobby yang mengasikan dan menyenangkan. Bagaimanapun juga hobby yang menyenangkan akan menarik banyak orang untuk bergabung dan jadi seorang pengamat burung.......

Monday, January 29, 2007

Birdwatching Yuuuk.....(bagian 2)


Di tulisan bagian ke-1 saya telah menjelaskan beberapa bentuk prisma yang dapat dipilih ketika kita ingin memiliki binokuler untuk keperluan mengamati burung. Faktor lain yang harus dipertimbangkan ketika kita memilih binokuler adalah perbesaran.

Ketika saya memulai hobby mengamati burung 10 tahun yang lalu, seperti para pengamat burung pemula pada umumnya saya lebih menyukai binokuler dengan angka perbesaran yang tinggi misal 10x atau jika ada yang 12x. Perbesaran yang super ini tentunya sangat menguntungkan karena obyek akan terlihat lebih dekat tentunya dan juga lebih cerah (meskipun tergantung pada merk binokuler). Selain itu field view menjadi lebih lebar. Namun di sisi lain binokuler dengan perbesaran super ini memiliki kelemahan yaitu ukurannya yang relatif lebih besar dan juga lebih berat. Binokuler yang memiliki bobot besar tentunya akan mengurangi kenyamanan ketika mengamati burung dalam waktu yang lama. Namun demikian binokuler dengan perbesaran super ini menurut saya cukup handal jika digunakan untuk mengamati burung di daerah pantai dan tempat terbuka lainnya. Biasanya jika perbesarannya sudah super misal 12x tipe prisma yang ada adalah roof prisma, sangat jarang yang porro prisma.

Kebalikannya, binokuler dengan perbesaran kecil (sekarang saya lebih suka tipe ini), misal 7 atau 8x umumnya memiliki bobot yang lebih ringan dan ukurannya lebih kecil. Namun biasanya binokuler dengan perbesaran kecil field view-nya juga ikutan mengecil dan tentu saja jadi agak susah kalau harus melihat obyek yang sangat jauh. Saya sendiri lebih senang menggunakan binokuler dengan perbesaran kecil (binokuler saya Nikon Monarch 8x42.....bukannya nyombong ya...) karena cukup ringan dan handal kalau digunakan di daerah yang berhutan.

Selain itu saya tidak menyarankan menggunakan binokuler yang memiliki fasilitas zooming. Saya pernah menggunakan model ini dan sangat rawan terhadap air, karena memiliki banyak celah untuk lewatnya air. Beberapa teman yang menggunakan binokuler model ini juga mengeluhkan mudah rusaknya tombol (halah...apa istilahnya ya..?) zooming.

Kalau anda tertarik juga untuk mengamati burung-burung yang sulit didekati lainnya misal elang atau burung pantai, tak ada salahnya menggunakan teleskop. Teleskop umumnya memiliki perbesaran extra. Di pasaran beredar teleskop dengan perbesaran 15x, 20x, 25x, 20-45x. Karena perbesarannya extra besar maka umumnya teleskop juga ukurannya besar dan sudah pasti berat. Selain itu karena rawan akan goncangan, teleskop harus dilengkapi penyangga berupa tripod or monopod (Ada juga yang menggunakan gagang senapan bekas untuk menyangga teleskop). Idealnya teleskop ini digunakan di daerah terbuka dengan cahaya yang berlimpah seperti pantai dan hutan atau taman kota. Kalau digunakan di daerah berhutan dan redup lebih baik lupakan saja menggunkan teleskop!

Thursday, January 25, 2007

Gunung Halimun....


Birding di Taman Nasional Gunung Halimun......kenangannya tak akan terlupakan. Meskipun tempat ini sebenarnya engga jauh-jauh amat dari rumah gue..dan sepanjang pengalaman megang binokuler....baru kemarin sempet main ke sana. Tempat yang indah dan bagus buat birding. Tapi yang engga nahan....jalan menuju ke sana...ya...ampyuuuuun..

Berangkat dari jakarta jam 7 pagi, naik kereta ke bogor dari staiun ui. Di Bogor sudah nunggu temen ceweq...si Ipeh..yang ternyata udah nunggu dari jam 8 pagi (kerajinan nih anak..padahal rumahnya di Slipi, Jakarta). Stelah ketemu si Ipeh, masih harus nunggu Edy, temen yan glebih paham urusan ke halimun dan birding di sana. Sebenarnya masih ada satu temen lagi yang mau ikutan, Non Riri. Tapi menurut kabar doski baru berangkat dari Jakarta hari Jum'at siang. Ya akhirnya kamis 18 Feb 2007 cuma kita bertiga yang berangkat duluan.


Tepat jam 9 pagi, kami bertiga sudah duduk dengan nyamannya di mobil L300 jurusan sukabumi. kami berhenti di Parung Kuda kira-kira jam 10.30. Kami harus berganti dengan angkutan lain menuju desa Cipeteuy, sayangnya hanya kami bertiga penumpang hari itu. Ya sudah lah akhirnya meskipun perut tidak keroncongan...daripada bengong nunggu angkutan ke Cipeteuy penuh, mending mampir dulu di RMPD alias Rumah Makan Padang. Setelah selesai makan dan perut penuh ternyata kernet L300 sudah menunggu kami (serasa orang penting deh...) perjalanan dilanjutkan kembali ke Cipeteuy menuju rumah kenalan kami Mang Unen. Beliau ini salah satu KSM yang mengelola perjalanan ekoturisme di halimun. Tiba di cipeteuy jam 12.00, setelah berbasa-basi yang banyak (ngobrol northern-southern, western-eastern), jam 13 an kami lanjutkan perjalanan dengan kendaraan andalan mang Unen, L300, kendaraan yang penting di sana (maksudnya yang penting jalan....dan engga mogok).


Selama perjalan Om Unen tetap asik mendongeng tentang kegiatan KSM dan juga masalah hangat di sekitar konsevasi gunung Halimun (ternyata Edy ini sudah lama sobatan dengan Om Unen!). Tak terasa jam 15.00 kami tiba di citalahab Central tempat kami menginap selama 3 malam ke depan. Sebelum tiba di kampung ini kami sedikit berbasa-basi dengan petugas di resort Cikaniki untuk beli karcis retribusi.


Setelah menjejalkan semua barang bawaan di kamar pesanan kami, tanpa buang-buang waktu...langsung cabut buat birding di sekitar penginapan. Wah...ternyata pemandangannya (seperti umumnya tanah airku tercinta) memang indah...Pantas Belanda bela-belain datang ke Indonesia buat ngejajah. Meskipun engga sempat jumpai elang jawa...sore itu tetep pengalaman birding yang bikin hati damai..Beberapa burung yang sudah lama engga saya liat..hari itu saya liat lagi....srigunting abu-abu...kalau diinget-inget terakhir liat tahun 1997 waktu masih kuliah dan ngambil ornithologi. Selain itu juga ada tepus pipi perak, cucak daun dan tentunya burung pipit. Maklum sekitar Taman Nasional masih banyak sawah..


Malamnya kami sempet juga jalan-jalan cari jamur yang berpendar di malam hari. Sayangnya tak banyak jamur dijumpai. Sudah seminggu gunung halimun tidak disentuh oleh air hujan, akibatnya jamur tidak tumbuh dengan baik.


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami bangun (tepatnya saya dan Edy, karena si Ipeh pilih meluruskan badan yang katanya masih pegel...) untuk birding di sekitaran bumi perkemahan. Lumayan...sambil nunggu waktu sarapan pagi dan trekking+birding ke curug Piit.
Abis sarapan, ditemenin kang Ade...beliau interpreter yang akan nemenin perjalanan ke curug Piit. Di perjalanan lumayan juga bisa nemu alap-alap capung..wah ini pertama kalinya liat alap-alap capung! di kebun teh juga nemu apung tanah....ini juga pertama kalinya!trus juga nemu cica koreng? Halah...mana itu field guide.....?...kok engga ada ya...? Ternyata lumayan jauh juga curug Piit! Rasanya caepk banget.Apalagi sudah seminggu ini penyakitku kumat..terpaksalah berjalan perlahan dengan napas ngos-ngosan..Sampai di curug Piit jam 12 siang. Setelah istriahat, makan siang dan photo-photo, jam 13-an kami balik ke penginapan. Sampai penginapan jam 4 sore, badan sudah pegel-pegel dan basah karena kehujanan.


Sebelum ke curug Piit, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke pabrik teh yang ada di perkebunan Nirmala. Lumayan...nambah-nambah pengetahuan mengenai teh. Selama di pabrik, pak kepala pabrik menerangkan proses pembuatan teh mulai pemetikan sampai jadi segelas teh di meja (jadi inget zaman kuliah dulu...kalau ada kunjungan ke lapangan). Pulang dari pabrik dapat oleh-oleh teh sebungkus..katanya sich yang kualitas 1.


Malam harinya, kami nungguin si Riri karena kabarnya mau datang malam itu. Stelah ditunggu sampai jam 9...ternyata engga ada kabar. Ya sudah...kami bertiga pilih mengukur kasur alias berkelana di alam mimpi. Belum lagi mimpi membawa ke alam jauh...dari luar terdengar berisik orang...eh ternyata si Riri..jam sudah menunjukkan jam 12 malam. Ya..udah deh..karena berisik gitu tidur jadi engga bisa lanjut. Baru jam 2 pagi bisa menjelajah alam mimpi lagi.

Meskipun udara lumayan dingin, pagi hari jam 6, birding lagi. Hari ini dapet lagi spesies baru...sepah gunung. Warnanya indah banget, merah dan hitam. Karena rencananya mau ke kanopi trail, ya udah birdingnya dihentikan dulu karena harus sarapan pagi. Sebenarnya berharap di hari terakhir birding bisa ketemu elang jawa.

Setelah sarapan selesai, sekarang jadi berempat sama si Riri, kami pergi melintasi loop trail menuju kanopi trail. Ternyata hari ini kami berempat cukup beruntung...dari kejauhan terdengar suara elang jawa. Tak lama...di sela-sela pepohonan hutan sang garuda terlihat melayang-layang mengintai mangsa. Hmmm...pengalaman yang sangat berkesan pagi ini.


Setelah puas birding sampai kanopi trail, kami berkemas pulang. Mang Unen yang sedari pagi sudahmenunggu di home stay sudah bersiap-siap mengantar kami ke cipeteuy dengan kendaraan kesayangan beliau yang katanya sangat bersejarah....Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan dari Cipeteuy menuju Jakarta...Kota yang muram dengan segala kesumpekannya...